Persimpangan Gelap Masa Depan

, , No Comments

Manusia memiliki kemampuan intelegensia yang luar biasa. Kemampuan analisa dan wawasan keilmuannya semakin berkembang setiap saat.  Saat buku ini ditulis bukan hanya masalah rekayasa genetika yang tengah menjadi sorotan, berbagai disiplin keilmuan lain mulai menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.

Dalam bidang komputer kemajuan komputasi ditandai dengan diciptakannya Quantum Komputer. Sistim komputasi yang baru ini sama sekali berbeda dengan komputer yang selama ini kita kenal. Industri besar teknologi informasi berlomba-lomba mewujudkan apa yang disebut sebagai “Quantum Supremacy”. Google telah merilis kemajuan teknologi Quantum Computer mereka dan mengklaim telah mencapai tahap pemrosesan data yang bila dibandingkan dengan teknologi superkomputer yang ada saat ini sangat jauh sekali.

Hari ini kami menerbitkan hasil percobaan supremasi kuantum ini di artikel Nature, "Supremasi Kuantum Menggunakan Prosesor Superkonduktor yang Dapat Diprogram". Kami mengembangkan prosesor 54-qubit baru, bernama "Sycamore", yang terdiri dari gerbang logika kuantum yang cepat dan berkualitas tinggi, untuk melakukan pengujian benchmark. Mesin kami melakukan perhitungan target dalam 200 detik, dan dari pengukuran dalam percobaan kami, kami menentukan bahwa dibutuhkan superkomputer tercepat di dunia 10.000 tahun untuk menghasilkan output yang serupa.  (Blog Google : Quantum Supremacy Using a Programmable Superconducting Processor, October 23, 2019)

Proses percobaan Quantum Supremacy dalam diagram yang dimuat dalam publikasi Google:

 


Dalam percobaan, pertama-tama kami menjalankan sirkuit acak sederhana dari 12 hingga 53 qubit, menjaga kedalaman sirkuit konstan. Kami memeriksa kinerja komputer kuantum menggunakan simulasi klasik dan dibandingkan dengan model teoritis. Setelah kami memverifikasi bahwa sistem itu berfungsi, kami menjalankan sirkuit keras acak dengan 53 qubit dan meningkatkan kedalaman, hingga mencapai titik di mana simulasi klasik menjadi tidak mungkin.

Dari percobaan tersebut didapatkan  perbandingan hasilnya adalah sebagai berikut :

  


  

Perkiraan waktu komputasi klasikal yang setara dengan asumsi 1 Juta core CPU untuk sirkuit supremasi kuantum sebagai fungsi dari jumlah qubit dan jumlah siklus untuk algoritma Schrödinger-Feynman. Bintang menunjukkan perkiraan waktu komputasi untuk sirkuit eksperimental terbesar.

Bagi anda yang berkecimpung di bidang komputer, angka-angka tersebut adalah angka yang sangat fantastik : Pemrosesan data menggunakan kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 1 (satu) juta core prosesor.

Walaupun belum sempurna, namun masa depan quantum computer ini telah membuka pintu-pintu baru bagi teknologi yang membutuhkan komputasi super kuat. Bidang yang akan berubah drastis dengan adanya teknologi ini adalah AI - Artificial Intellegence (Intelegensia buatan) dan Machine Learning,  AI yang didasarkan pada prinsip belajar dari pengalaman, menjadi lebih akurat ketika umpan balik diberikan, hingga program komputer muncul untuk menunjukkan "kecerdasan." Umpan balik ini didasarkan pada penghitungan probabilitas untuk banyak pilihan yang memungkinkan, dan karenanya AI adalah kandidat ideal untuk perhitungan kuantum.

Hingga tahap ini, manusia telah bisa menciptakan mesin yang bisa berpikir seperti halnya manusia. Beberapa kalangan memprediksi suatu saat nanti AI akan bisa menghasilkan kesadaran. Bahkan beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hal tersebut.

Kesadaran memainkan peran penting dalam debat seputar masalah pikiran-tubuh, kontroversi tentang kecerdasan buatan yang kuat vs lemah, dan bioetika. Namun, yang mengejutkan, tidak menonjol dalam perdebatan saat ini tentang aspek etika AI dan robotika. Teks ini mengeksplorasi kekurangan ini dan membuat dua klaim: Kita perlu berbicara lebih banyak tentang kesadaran buatan dan kita perlu berbicara lebih banyak tentang kurangnya kesadaran pada robot dan AI saat ini. (Artificial Intelligence: Does Consciousness Matter? Elisabeth Hild)

Kemajuan teknologi telah sampai pada kemampuan membuat AI yang mampu menciptakan AI. Dengan kata lain AI telah memiliki kemampuan untuk terus menerus memperbaharui AI ciptaanya. Ditunjang dengan berbagai teknologi lainnya seperti Neural Networks, Deep Learning dan Big Data maka bisa dipastikan dalam waktu dekat ini akan lahir super AI.

Sementara sebagian dari kita disini makin banyak yang berkutat dengan mencari nafkah penghidupan sebagai internet marketer, berjualan online, dropshipper, peternak adsense, penggiat cryptocurrency, penjual char game, developer startup, programmer dan berbagai profesi lain yang bergantung pada skrip dan algoritma. Kalangan ini sebagian besar adalah kalangan yang memiliki kemampuan berpikir dan kecerdasan di atas rata-rata (tidak termasuk script kiddies). Mereka memiliki tingkat kemampuan yang hampir sama dengan para peneliti di dunia akademis. Kemampuan mereka menganalisa data pasar, tren, kelemahan algoritma korporat, penempatan taktik siasat bisnis dan selalu mencari pembaruan teknik terbaik. Kalangan inilah sebenarnya harus memiliki awareness (kewaspadaan) akan jalan gelap teknologi di depan sana. Bila tujuan mereka hanya mencari keuntungan saja dari keahlian mereka di dunia online maka suatu hari nanti mereka akan bangun dan tersadar bahwa selama ini telah menjadi pekerja dan alat dari konspirasi korporat global. Saat secara global semua data diri pribadi telah terkumpul dan privasi telah hilang, nilai seorang manusia hanya akan diukur dari kemampuannya membeli dan menjual.

Kita bisa melihat bahwa saat ini perkembangan penemuan dan teknologi telah sampai ke batas yang terjauh. Batas yang hanya dihalangi oleh norma pantas dan tidak pantas. Bagi manusia modern batas ini sangat tidak berarti. Berbagai experimen diluar batas-batas etika kemanusiaan dilakukan secara sembunyi-sembunyi dalam kegelapan. Obsesi manusia untuk mencari kesempurnaan dan keabadian telah membawanya pada ranah keilahian. Manusia telah sampai di persimpangan jalan terakhir; apabila ia memilih untuk menghormati hakikat keterbatasan manusia maka ia akan membunuh semua hasratnya akan kemajuan. Namun apabila ia memilih untuk menjadi pencipta kesempurnaan maka ia harus terus maju dan membuang semua etika kemanusiaan yang ada.

Dewa Pun Sengsara

Dalam mitologi Yunani, Prometheus adalah seorang Titan yang dikenal karena kecerdasan dan keahliannya, dia mencuri api Zeus dan memberikannya kepada manusia. Zeus kemudian menghukumnya atas kejahatan ini dengan mengikatnya pada sebuah batu sementara seekor burung Elang besar setiap hari memakan hatinya, tetapi hatinya akan tumbuh kembali untuk kemudian dimakan lagi oleh burung elang itu besok harinya.



Mitologi ini sangat tepat bagi manusia saat ini. Apakah ia akan berani mencuri api dewa untuk kepentingan umat manusia dengan resiko hatinya (nuraninya) selalu berada dalam penderitaan abadi ?

Bila Promotheus dihukum dengan cara sadis seperti itu, maka manusia juga ikut terkena hukuman dewa dengan cara yang berbeda yaitu memberi hukuman melalui Pandora. Setelah diciptakan, Pandora dinikahkan dengan Epimetheus, saudara Prometheus. Pada hari pernikahan mereka, Zeus memberi hadiah berupa sebuah kotak yang indah. Pandora diperingatkan Prometheus untuk tidak membuka kotak tersebut.

Suatu hari, Pandora sangat penasaran dan kemudian membuka kotak tersebut. Setelah dibuka, dari kotak itu keluar berbagai macam keburukan (kejahatan, penyakit, penderitaan). Semua keburukan itu menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti umat manusia. Pandora kemudian melihat ke dalam kotak dan menyadari masih ada satu hal yang tersisa di sana: harapan. 



0 Comments:

Posting Komentar