Pada awalnya adalah senyuman

, , No Comments

Saat seorang bayi lahir panca inderanya belum bekerja secara sempurna. Disaat-saat awal hidup tersebut ia masih membawa kesadaran murni. Kesadaran yang belum mengenal apapun. Informasi pertama yang masuk dalam kesadarannya adalah rasa nyaman saat berada dalam dekapan ibunya. Perasaan keterpisahan dari rahim saat dilahirkan terobati dengan usapan dan pelukan penuh kasih sayang dari ibu. Saat inderanya mulai bekerja dengan sempurna ia mulai bisa melihat wajah dengan senyum yang tulus, suara panggilan dengan kata-kata yang lembut dan air susu yang mengenyangkan.

Saat-saat pertama bayi mulai mengenal ibunya, ia mulai mengingat berbagai hal yang berkaitan dengan ibunya. Senyumnya, suara lembutnya dan sebagainya. Itu adalah proses pemrograman awal kesadaran manusia. Bayi mulai mengisi memorinya dengan bayangan visual, auditorik, tactile dan sebagainya. Memori awal ini akan menjadi database yang diperlukan untuk menjalani hidup kelak bagi si bayi, disamping database lain yang sudah tertanam secara genetik dalam DNA-nya.



Sang Bayi mulai mempelajari sebab akibat secara sederhana, pemrograman kehidupan yang paling mendasar; semua berawal dari insting; saat lapar ia spontan menangis dan ibu akan datang. Saat merasakan ketidaknyamanan ia menangis dan ibu akan datang. Pola-pola pemrograman ini masuk dalam kesadaran awal si bayi. Dan secara alami ia telah mempelajari sesuatu.

Saat beranjak dewasa ia diperkenalkan bahwa semua hal memiliki nama dan ia mulai mengisi memorinya serta kesadarannya dengan sistim pemrograman lanjutan tentang hidup. Bila saya melakukan ini maka ibu akan begini. Bila saya melakukan itu maka ayah akan begitu. Ia mulai memahami bahwa output dari sebuah aksi bisa berakibat negatif (merupakan sebuah penolakan akan aksi yang terjadi), dan bisa berakibat positif (sikap penerimaan akan perbuatan yang dilakukan). Dari hal-hal ini dia telah belajar tentang pola penerimaan dan penolakan, dan pemrograman sederhana apabila begini maka begitu. Ini adalah dasar untuk pengenalan berbagai hal di masa mendatang; salah - benar, diterima -  ditolak, dicintai dan dibenci. Pikiran yang masih sangat sederhana, mirip bahasa pemrograman mesin yang sederhana, sebagai contoh saya bandingkan dengan bahasa pemrograman arduino.



Di atas adalah flow chart untuk pemrograman arduino agar memproses apabila kondisi gelap maka otomatis lampu dihidupkan, dan apabila kondiri terang maka lampu otomatis dimatikan. Sangat sederhana. Namun flowchart yang lebih detail untuk pemrograman ini bisa lebih rumit ;

 



 

Bila pada flowchart pertama tidak disebutkan pin mana yang harus diprogram, maka pada flowchart kedua dengan jelas tertulis bagian pin mana yang harus diprogram menjadi input LDR dan bagian mana yang merupakan outputnya (LED). Selain itu ditentukan juga berapa nilai voltase yang harus bekerja dalam rangkaian dan sebagainya.

Kita bisa melihat perbedaan flowchart ini bagaikan perbandingan antara pikiran bayi dan pikiran anak kecil. Pada bayi flowchart masih sangat sederhana, tak terpikirkan bagaimana detailnya, sedangkan seorang anak sudah bisa menimbang-nimbang input dan output harus dilakukan melalui jalan apa dan dia mulai memahami proses yang terjadi. Mengapa Ibu marah pada saya ? itu karena saya menyobek uang kertasnya yang bagi dia amat berharga karena bisa digunakan untuk membeli sesuatu. Sedangkan bagi bayi dengan analisa databasenya yang terbatas masih belum bisa mengerti kemarahan seperti itu.

Saat semakin dewasa dan menjadi remaja, ia akan bisa menganalisa kejadian itu sebelum terjadi sehingga dia tidak akan melakukannya. Ini bagaikan flowchart yang sudah dijabarkan dalam bahasa pemrograman, dimana dia bisa melakukan trial dan error sebelum benar-benar memutuskan apa yang akan dilakukan dan menguploadnya kedalam chip.

Kita semua seperti itu. Kita belajar dari nol. Membangun sebuah sistim yang kemudian kita anggap semua itu adalah milik kita. Diri kita adalah kepingan-kepingan informasi yang ditanamkan dalam kesadaran kita. Kita mempelajari aturan dan norma yang berlaku. Berusaha mematuhinya dan menjaganya. Kita memiliki nama, yang diberikan olah orang tua kita. Kita mempelajari bahasa dan budaya. Kita bermasyarakat, berkeluarga dan memiliki anak. Kita melakukan hal yang sama pada anak kita. Kita merasa menjadi manusia yang mulia. Kita merasa ada. Dan dari sinilah kita Merasa ada.

0 Comments:

Posting Komentar