Harapan Akan Kemanusiaan

, , No Comments

Saya tidak anti-teknologi. Teknologi dan sains telah meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Berbagai epidemi mematikan yang pada zaman dahulu menjadi momok pembunuh manusia telah berhasil ditemukan obatnya, dengan resiko pertambahan penduduk dunia yang akselerasinya sangat pesat. Ironis bahwa majunya kesehatan dan kemakmuran manusia justru menimbulkan masalah lain yang tak kalah besarnya.

Dari berbagai data populasi dan kemajuan teknologi kita bisa melihat grafik yang sangat fantastis. Dari grafik populasi penduduk beserta prediksinya untuk beberapa tahun kedepan memperlihatkan bahwa bumi ini pada suatu titik tak akan mampu lagi menampung beban jumlah manusia.

Demikian pula selaras dengan grafik kenaikan penduduk, efek negatif seperti kenaikan jumlah emisi pun beriringan naik. Belum lagi adanya masalah sampah yang tak terurai, pencemaran lingkungan dan sebagainya. Semua masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan level pemikiran yang terlibat di dalamnya. Bila kita mengharapkan para politisi ataupun pemerintah yang harus peduli pada masalah ini maka kita bisa berharap pada retorika dan omong kosong belaka. Para politisi sudah memiliki masalah mereka sendiri yaitu masalah bagaimana bertarung menuju yang teratas. Semua adalah bentuk egoisme dan kehausan akan kekuasaan yang dikemas dalam bentuk santun. Pemerintah sudah memilki banyak masalah dengan suksesi politik mereka. Karena itulah, harapan untuk menyebarkan kewarasan, akal sehat menghadapi tantangan ini adalah kita. Orang biasa yang peduli dan mau menjadi sadar.



Grafik Kenaikan Jumlah Penduduk Dunia

 

 

Grafik Kenaikan Emisi Karbon

 

Dengan melihat akselerasi perkembangan teknologi saat ini hanya tinggal menunggu waktu bagi penyakit-penyakit yang saat ini belum tertangani dengan baik seperti kanker dan AIDS bisa diobati secara tuntas. Namun perlu dipahami juga bahwa berbagai pengobatan dan kemudahan gaya hidup telah membuat manusia sembrono dan menjadi semakin rentan secara psikologis. Disamping itu berbagai epidemi yang baru muncul dan lebih sulit ditangani menunjukkan adanya mutasi genetik epidemi yang semakin berkembang. Saat buku ini ditulis virus Corona sebagai hasil dari aksi survival virus yang bermutasi telah memakan korban lebih dari satu juta orang.

Selain itu kemajuan teknologi juga semakin mengurangi peran manusia dalam menangani berbagai hal. Hal ini secara otomatis semakin menyebabkan pekerjaan manusia semakin berkurang setiap tahunnya. Teknologi robotik barangkali menguntungkan pengusaha besar, namun mematikan kesempatan bekerja kaum pekerja -manusia kebanyakan.

 


Grafik Kenaikan Kebutuhan Otomasi Robot Industri


Pertambahan jumlah unit robot industri yang signifikan setiap tahun mengisyaratkan dibaliknya akan adanya pengurangan tenaga kerja manusia.  

Yang menjadi lebih menyedihkan lagi adalah fakta bahwa masyarakat umat manusia diposisikan secara sistemik untuk menjadi konsumen sepanjang hayat mereka. Berbagai teknologi baru dalam teknik marketing dan mesin periklanan semakin efektif dalam menggiring hasrat manusia ke jurang tanpa dasar bernama konsumtivisme. Semua penelitian terbaru di bidang bisnis mengacu pada satu hal; menjual lebih banyak.

Dalam era online seperti sekarang dimana -tampaknya- semua hal seperti transparan, sesungguhnya tengah berlangsung pertarungan tak kasat mata yang sesungguhnya. Pertarungan memperebutkan ranking, rating dan pembajakan privasi besar-besaran. Identitas dijual dengan harga yang murah, jasa saling mencurangi menjadi lahan bisnis yang basah. Manusia dikendalikan oleh algoritma ciptaan korporasi, bahkan pengaruh di ranah politikpun menjadi tergantung pada korporasi pengendali mesin pencari dan penguasa media.

Lahan besar pengguna internet adalah generasi muda. Bahaya kecanduan media sosial bagi generasi muda sudah banyak dibahas oleh para psikolog. Bagaikan pisau, teknologi maju yang bermata dua bisa menjadi berbahaya bila moral penggunanya tidak memiliki norma dan etika. Disatu sisi ia bisa menjadi sarana mempermudah dan meningkatkan kehidupan manusia, namun disatu sisi lainnya ia bisa berbahaya saat penggunanya tidak memiliki kontrol kesadaran. Yang paling signifikan adalah penyalahgunaan media sosial yang juga meningkat. Dalam literatur, sejumlah dugaan gangguan yang timbul dari media sosial telah dikonseptualisasikan termasuk kecanduan media sosial, gangguan media sosial, penggunaan media sosial yang berlebihan, penggunaan media sosial yang bermasalah, penggunaan media sosial kompulsif dan penggunaan media sosial patologis.

 

Grafik Kenaikan Tingkat Depresi VS Aktivitas Di Depan Layar


Meskipun kecanduan media sosial tidak secara resmi diklasifikasikan dalam edisi terbaru dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5; American Psychiatric Association [APA], 2013) ia telah dimasukkan sebagai kecanduan perilaku dalam literatur.

Kecanduan perilaku dapat mirip dengan kecanduan zat dalam banyak hal termasuk sejarah alam, fenomenologi, toleransi, komorbiditas, kontribusi genetik yang tumpang tindih, mekanisme neurobiologis, dan respons terhadap pengobatan. Selain itu, kecanduan perilaku biasanya melibatkan dorongan atau keinginan sebelum terlibat dalam perilaku kecanduan, mirip dengan kecanduan zat. Dalam konteks ini, penelitian empiris menunjukkan bahwa kecanduan media sosial memiliki karakteristik umum dengan kecanduan perilaku dan obat-obatan (drugs).

 




Kecanduan media sosial telah didefinisikan sebagai penggunaan berlebihan media sosial yang bermasalah, yang terdiri dari :

a) Peningkatan dari waktu ke waktu dalam keinginan untuk menggunakan media sosial,

b) Kegiatan pendidikan dan / atau pekerjaan yang penting diabaikan,  

c) Merusak hubungan pribadi,

d) Menggunakan media sosial untuk melepaskan diri dari tekanan kehidupan sehari-hari (dengan peluapan) emosi negatif,  

e) Mengalami masalah dalam mengurangi atau menghentikan penggunaan media sosial,

f) Menjadi tegang dan mudah tersinggung ketika media sosial tidak dapat digunakan, internet tidak dapat diakses dan

g) Berbohong tentang durasi penggunaan media sosial.  

 

Penelitian telah menunjukkan bahwa kecanduan media sosial terkait dengan psikopatologi, sistem penghargaan dan hukuman, gangguan tidur, kemunduran kinerja akademik, kesepian, kepribadian narsistik, perilaku kecanduan, impulsif, ketidakpuasan hubungan, keterhubungan sosial, dan gangguan yang terkait dengan penggunaan teknologi digital seperti kecanduan internet, takut ketinggalan, sindrom game online. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa kecanduan media sosial memiliki spektrum etiologis yang luas.

Agama Dan Kesadaran

Semua agama dan kepercayaan memiliki tujuan memperbaiki moral manusia. Dengan kalimat lain; beragama, bila dilakukan dengan sebenar-benarnya akan membawa penganutnya pada kesadaran yang lebih tinggi dan moralitas yang lebih baik. Agama memiliki banyak aspek yang secara keseluruhan harus dipahami dan dipatuhi oleh penganutnya, paling tidak ada enam aspek yang harus dipenuhi oleh para penganut apabila ia ingin mendapatkan manfaat dari agama yang dianutnya.

1. Aspek psikologis

2. Aspek esoteris

3. Aspek kemasyarakatan

4. Aspek ketuhanan

5. Aspek fisiologis

6. Aspek ritual

Saya hanya akan membahas sedikit aspek psikologis karena berbagai aspek yang lain sudah banyak dibahas di acara-acara keagamaan, di ceramah dan kotbah. Saya ingin memberi contoh aspek psikologis ibadah shalat dalam agama Islam.

Dalam Islam disebutkan bahwa “Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar.” Hal ini membawa kita kepada pertanyaan; mengapa masih banyak orang yang rajin shalat tetapi melakukan hal-hal buruk (keji dan munkar? Jawaban untuk pertanyaan ini sangat sederhana; Siapapun yang shalat dengan benar akan memiliki sistim kesadaran yang bisa mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Kesadaran yang didapatkan ketika seseorang melakukan shalat ini berasal dari berbagai proses psikologis, fisiologis (berbagai proses hormon dan kelistrikan sistem saraf), proses esoteris (sinkronisasi batin dengan vibrasi Ilahi) dan berbagai proses lainnya yang pada outputnya dinamakan khusuk.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ

“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia katakan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Kebanyakan manusia sulit untuk memasuki kondisi shalat khusuk ini dimana sebagian kualitasnya adalah;

1. Fokus dan konsentrasi. Berapa banyak dari kita yang bisa fokus dan konsentrasi dalam shalat ? Sangat jarang. Apakah indikator fokus dan konsentrasi dalam shalat itu terjadi ? Apabila pikiran sudah terasa melambat dan berbagai lapisan dalam kesadaran menyatu. Akal pikiran, insting, tubuh, perasaan menyatu dalam doa dan gerakan. Dengan adanya perubahan kesadaran seperti ini otomatis kerja seluruh sistim hormon dan saraf akan ikut berubah. Gelombang otak berubah melambat. Kesadaran mengalami kondisi kekhusukan.

2. Bukan hanya rutinitas, doa dan gerakan saja. Karena sudah amat terbiasanya melakukan shalat maka kadang orang melakukannya hanya sekedar sebagai menunaikan kewajiban tanpa merasakan manfaat yang bisa didapatkan dari aktivitas shalat. Padahal ketika kita bisa melakukan shalat dengan benar, secara psikologis batin kita akan memunculkan kebahagiaan dan perasaan terangkat (exalted) secara rohaniah. Bagi mereka yang mengalami perasaan bahagia seperti ini, setiap waktu datang shalat merupakan waktu yang sangat ditunggu-tunggu. Waktu dimana seseorang bisa memurnikan dan menjernihkan pikirannya kembali.

Sampai disini kita telah memahami beberapa fenomena yang terjadi. Berbagai fenomena kemajuan jaman ini tampaknya tidak saling berhubungan, namun apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, berbagai fenomena ini memiliki satu tujuan yang sama.


 



Arah dan Tujuan Konspirasi Korporasi Global

0 Comments:

Posting Komentar