Kejujuran dan Sinkronitas Kenyataan

, , No Comments



Dalam kehidupan sehari-hari ketidakjujuran sudah sangat bisberbahaya, namun apabila ditelaah dari dimensi yang lebih tinggi bahaya ketidakjujuran adalah hal yang sangat besar. Kejahatan yang bisa mengubah jalannya kontinuum realitas kosmis. Untuk penjelasan yang lebih mudah dimengerti kita bisa memakai beberapa gambar berikut.

 


 

Pada gambar di atas Realitas adalah sebuah kenyataan yang sebenarnya (as it is). fakta A adalah A. dalam kontinuum waktu kenyataan bekerja secara lurus. Hal ini menjadi berbeda saat terjadi ketidakjujuran, yang membelokkan realitas A menjadi fA (sebut saja fake A). kedua modus realitas ini tetap berproses dalam aktivitas penciptaan pola neuron dalam otak.

Ketika terjadi deviasi berupa ketidak jujuran (pengubahan realitas) maka pola penulisan memori di neuron otakpun bertambah dari pola asli bertambah menjadi pola lain (yang palsu). Satu pola berupa



kenyataan yang sesungguhnya, dan pola yang lainnya adalah pola berisi kenyataan yang telah dimanipulasi. Deviasi (dalam gambar dilambangkan dengan huruf d) kenyataan asli ke kenyataan palsu secara paradoks membentuk pula kenyataan asli (hasil dari deviasi), sehingga A = fA. Kenyataan palsu ini menjadi sebuah realitas baru yang tetap bertahan sebagai sebuah pola di neuron otak.

 

 Jadi dalam otak seorang yang tidak jujur akan terdapat dua pola yang dikenali oleh otak semuanya adalah asli. Otak merupakan mesin yang tidak mengenali pola manakah yang benar. Otak bekerja berdasarkan data yang masuk dan menciptakan pola pengalaman dalam neuron. Namun ketika terdapat dua pola yang bertentangan otak tidak mampu untuk menganalisa manakah yang “benar”, padahal kerja otak adalah ikut menentukan secara logis manakah kenyataan yang benar dan yang tidak benar. Kontradiksi ini akan menimbulkan pola baru berisi informasi yang “belum terselesaikan” oleh analisa otak. Informasi baru ini tersimpan dalam pola yang tak akan hilang sebelum masalah terpecahkan.

Memanipulasi Diri Sendiri

Ketika seseorang berkali kali melakukan ketidakjujuran maka pola-pola kontradiktif dalam otaknya akan semakin banyak dan semakin kuat, dan pada akhirnya akan membentuk karakternya menjadi seorang manipulator. Ketika pola karakter manipulator ini semakin menguat maka ia tak akan lagi mempertimbangkan baik dan buruk pada segala hal yang dilakukannya. Kita bisa melihat kenyataan ini pada seorang penipu ulung yang sudah tidak bisa mempertimbangkan lagi apakah yang dilakukannya itu benar atau salah.

Bahaya yang muncul dari hal ini adalah adanya energi akibat deviasi (d) yang tak tersalurkan. Energi ini menjadi energi potensial dalam pikiran yang memiliki sifat negatif. Saat energi bersifat negatif ini berubah bentuk ia akan mencari perubahan bentuk energi yang negatif pula. Demikian pula frekuensi negatif dari energi ini semakin besar maka akan semakin memancar keluar dan menarik pola-pola energi negatif lainnya yang ada. Seorang penipu akan hidup ditengah kenegatifan akibat dari pola-pola dalam otaknya. Bentuk final dari energi negatif ini muncul pada saat proses sakaratul maut, proses kematian saat dimana “Tinjauan Hidup” (Life Review) berlangsung. Saat kesadaran mencari jalan untuk keluar (dalam kematian) ia hanya akan menemui kebingungan karena menemukan ribuan pola kontradiktif dan energi negatif yang membuatnya bagaikan menelusuri sebuah labirin gelap tanpa akhir dan tak ada jalan keluarnya. Apabila ia beruntung energi negatifnya “matang” saat masih hidup maka resiko tersesat itu bisa berkurang, diganti dengan pengalaman merasakan energi negatif yang bermanifestasi dalam hidupnya. Manifestasi energi negatif ini sangat beragam mulai dari depresi ringan, sakit fisik hingga sakit jiwa berat.


 

Karena itulah hakikatnya saat seseorang berlaku tidak jujur, menipu, memanipulasi orang lain, sebenarnya yang terjadi adalah ia sedang memanipulasi dirinya sendiri.

                  


Bentuk Pola Realitas dalam sistim neuron otak. Antara Realitas Asli (kanan) dan Realitas Palsu (kiri).


0 Comments:

Posting Komentar